23/03/11

Sesaat sebelum peraduan

Bila kematianku lebih cepat darimu, sayang
Katakanlah suatu waktu kita pernah bersama
Katakanlah suatu kali kau pernah mencintaiku
Katakan aku pernah membuat sipu di pipimu

Bila nafasku tak mampu lagi menggenggam pandangmu, sayang
Aku harap ada kesempatan saat kau membisikkan kata mesra saat mataku terpejam
Aku yang begitu menyombongkan dunia bersamamu, kini,
Harus mengalun sendu di peraduan bumi
Katakan, sayang

Kita, pasangan yang membuat iri

15/03/11

Untuk yang Tersayangku

Sayang, saat kamu membaca surat ini aku harap aku sedang terlelap di pangkuanmu. Terlelap hebat seperti seorang bayi yang menangis keras di tengah malam dan tiba-tiba ibunya datang menenangkan, memberikan asi untuknya, dan akhirnya iapun terkulai di pundak ibunya. Aku harap seperti itu keadaanku saat ini (saat kamu membaca surat ini) tapi pastinya aku berpose sangat manja dan kuharap kamu tak lupa mengusap rambutku, kadang mengelus pipiku dan jangan sungkan pula membisikkan kata-kata cinta. Aku tertidur bukan karena segerombolan lelah datang mengeroyokku, sayang, namun aku tertidur karena perasaan bahagia, buatku, aku adalah pria yang dianugerahi Tuhan untuk dapat berjodoh denganmu.

Sayang, saat aku menulis surat ini aku bahkan belum tahu bagaimana wajahmu, bagaimana bentuk hidungmu, bagaimana bentuk matamu tapi yang pasti kamu adalah sebaik-baiknya dan sesempurnanya makhluk. Mungkin Tuhan sedang bahagia ketika menciptakanmu. Maukah kamu bernostalgia denganku saat ini sayang? Apa yang dulu membuatmu menerima lamaranku? Atau mungkin kita mundur kebelakang lagi, apa yang membuatmu jatuh cinta padaku? Belum cukup mundurnya?! Eee gini deh, apa ada semacam firasat atau mimpi buruk gitu sewaktu malam sebelum bertemuku? Hahaha, ayolah gali lagi memori-memori lamamu. Aku jujur ya... Satu hal yang aku takutkan saat melamarmu waktu itu adalah tentang kepastian masa depan, bagiku saat itu aku adalah 0 (nol) besar. Belum jelas tercetak akan apa yang terjadi padaku di masa depan, apakah aku bisa membahagiakanmu dengan gelimang harta? Apakah aku bisa menjamin kesejahteraan kita dihari tua? Atau apakah anak kita bisa mendapat pendidikan yang layak? Iya, hal-hal semacam itulah yang paling aku takutkan. Tapi entahlah apa yang membuatmu mau berspekulasi tentang masa depan denganku. Oleh karena itu pertanyaan pentingku tadi, apa yang membuatmu dulu mau menerima lamaranku?

"Waktu itu kami hidup serba pas-pasan, serba prihatin, makan seadanya. Kami tinggal di mes. Belum lagi saat saya harus dinas ke luar kota, bu Ani hanya bertiga bersama dua anak kami. Tapi siapa sangka jalan nasib mengubah hidup saya dan keluarga kami. Sekarang saya jadi Presiden, ini bukan hanya karena perjuangan saya tapi juga perjuangan bu Ani yang telah setia menemani saya dan berhasil menguatkan saya hingga seperti saat sekarang. Dibalik pria hebat pasti ada wanita luar biasa" ~ cuplikan otobiografi SBY, sayang. Aku rasa sekumpulan kalimat tadi juga melanda perasaanku saat ini. Kamu pahlawanku sayang, kamu sosok yang membuatku seperti sekarang. Aku punya apa dulu saat belum bersamamu? Tapi lihatlah apa yang kita punya sekarang. Yah walaupun dalam kesederhanaan namun senyummu itu adalah kemewahan untukku. Aku sangat berterima kasih atas waktu-waktumu padaku selama ini, waktu-waktu saat kamu mau menemaniku menempuh dinginnya badai, waktu-waktu saat kamu menemaniku menghadapi ganasnya perang. Terima kasih, sayang! Aku begitu mencintaimu, mudah-mudahan Tuhan tak mencemburuimu.

Aku sosok pria yang melankolis, bila aku menjadi tegar itu pasti akibatmu. Aku ingin kamu selalu ada di belakangku ditiap 5 waktu shalat, aku ingin kamu menjadi manajer dalam kehidupanku, aku ingin punya rumah yang halaman depannya menghadap ke arah timur dan kita bisa menyambut pagi berdua dengan secangkir teh buatanmu. Atau mungkin juga suatu kala saat renta sudah menghinggapi kita, kita bisa bercanda bersama anak cucu kita di halaman belakang sembari menunggu senja sambil menceritakan kepada mereka perjalanan kita, aku ingin selalu memelukmu kekasihku.

Untukmu yang tersayang, aku berterima kasih padamu. Peluk hangat selalu.


Aku, cintamu.