09/09/11

Marah Aja Gak Cukup

Sebenernya pengen marah & sampe ngelabrak, tapi setelah ditenangkan sekarang yang ada hanyalah perasaan kasian. Kasian karena ada orang yang sampai harus menyebarkan kabar bohong demi membuat pencitraan diri. Demi citra diri sampai harus mengorbankan pertemanan dangan orang lain. Orang yg pernah menolong pada saat kesulitan.


Emang bener musti pertajam intuisi kalau bersosialisasi dan berteman. Sejak awal emang gak enak berteman dengan orang itu. Tapi saat itu intuisi gak saya perhatikan. Dan ternyata sekarang ketahuan deh belangnya kayak apa.


Orang yang beraninya menyebarkan cerita bohong itu pengecut. Terus kalau masih manis-manis di depan orang yang diomongin itu artinya munafik. Jadi ada beberapa istilah untuk orang kayak gitu insecure, pengecut, munafik. Kasian ya?


Yang menarik adalah proses berfikirnya setelah dapet cerita tentang kejadian ini. Awalnya adalah marah kesal & muntab, maunya ngelabrak itu orang, stlh nyaris misuh-misuh semalem, akhirnya berpikir ulang tentang gimana mengelola reaksi kalau berhadapan dengan situasi seperti itu


jadi kalau dipikir-pikir emang sejak awal ada "perasaan" kurang nyaman dengan orang itu, tapi ya dijalani aja, pas mau diajak curhat, ya didengerin, cerita ini itu ya disambut, padahal intuisi udah bilang sebaliknya. Ternyata intuisi awal bener tentang orang itu.


Jadi kalau berteman itu musti pinter-pinter bikin filter, filter yang baik itu bukan karena siapa teman atau lingkungan yang dihadapi tapi filter tentang kapasitas diri untuk bisa menghadapi konsekuensi atau resiko akibat pertemanan itu.


Kita yang harus bisa "mengukur" diri sampai batas mana toleransi kita dalam hubungan dengan orang lain, teman, sahabat, kolega. Jadi jangan memfilter lingkungan karena status, kondisi sosial, ekonomi, atau cerita-cerita tentang orang, karena itu bukan filter yang baik. Batas diri adalah filter terbaik, itulah yang sering muncul sebagai intuisi.. dan kita musti pertajam intuisi tentang lingkungan sekitar. Cara mempertajam intuisi ya dengan kontemplasi, yoga, dan bahkan juga puasa. Mendoakan orang yang kita sayangi adalah ketulusan, tapi mendoakan yang menyakiti kita adalah kedewasaan.