30/04/11

Kepada S

Sayang, saat kau membaca postingan ini mungkin angan-anganmu sedang membuncah di sana, impianmu sedang merekah dan mungkin tinggal sejengkal lagi kamu mampu meraih langit tertinggi yang selama ini ada dibayangmu. Semestinya aku sedikitpun tak berhak mengganggu benakmu walaupun sedikit saja dan postingan inipun bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan kamu dengan segala angan dan mimpimu melainkan aku bermaksud menjadi cahaya senja bagi anganmu, rerumputan hijau untuk mimpimu dan jengkal terakhir pada langit dalam bayanganmu. Iya, aku hanya ingin melengkapi titik klimaks kebahagianmu.

Aku pikir semua berawal dari kesengajaan tuhan saat mempertemukan kita, tuhan mungkin sedang mempertontonkan kesempurnaan ciptaanNya saat aku pertama kali melihat kamu. Atau mungkin tuhan sedang menguji tanda kesyukuranku saat itu. Tapi yang jelas aku mendapat banyak sekali dari kamu; kesyukuran, bahagia, pelajaran dan dari semua itu yang terpenting adalah aku bisa belajar bermimpi. Ingat saat dulu waktu aku numpang mandi dan aku lupa pakai sandal? Atau saat aku menahan ringisan perutku waktu aku sungkan karena kamu belum juga makan? Saat kita beli bakso di pinggir jalan dan kamu menyisakan porsimu untukku yang saat itu sedang kelaparan akut? hahaha, masih banyaaaaaaak sekali dan masih tinggggggiiiii sekali tumpukan kenangan kita. Kita menjadi dekat karena persamaan-persamaan dan menjadi cocok karena perbedaan-perbedaan. Tahukah kamu, sesaat setelah bersamamu aku mulai berusaha menghargai waktu (sepanjang umurku baru kali itu aku mampu) karena waktuku terlalu berharga untuk dibuang percuma saat bersama kamu, aku tak ingin melewatkan sedetikpun. Aku juga belajar berbagi, sebelum saat itu aku begitu sangat tertutup tapi entah kenapa kamu seakan membuka segala kunci diriku. Aku pun belajar bermimpi, segala yang aku impikan adalah mimpi indah aku lupa bahwa terkadang mimpi burukpun bisa menghampiri. Sekarang mimpi-mimpi indah itu menjadi getir yang selalu aku rasakan tiap teringat kamu, yang dulu menghujani dengan air kesejukan sekarang berubah membuatku menggigil. Tapi aku selalu berusaha mengambil pelajaran dari semua itu.

Sekarang, saat ini aku berusaha dan masih belajar untuk merelakan. Merelakan bukan berarti menyerah namun lebih kepada menyadari dan menerima bahwa ada hal-hal yang tak mampu dipaksakan. Dulu saat aku mencoba berkata jujur padamu, aku tahu bahwa terkadang jujur itu menyakitkan tapi aku berharap sakitnya adalah sakit yang menyembuhkan, sama seperti perih yang ditimbulkan penysilin yang kadang membuat para tentara meronta-ronta tapi perihnya itu menyembuhkan luka tembak yang mereka alami dan bukan justru memperparahnya. Tidak ada yang salah dengan masa lalu, aku yang salah karena kembali menyapa perasaanku padamu, aku takluk dalam melupakanmu, aku tak pernah bisa.

Pada saatnya kini aku belajar menjadi pria dewasa, bukan untuk melupakanmu tapi mempersilahkanmu move on melanjutkan hidupmu. Ketahuilah, mengenal kamu adalah puncak kesyukuranku pada tuhan selama ini. Mungkin kamu menganggap aku orang yang terjebak masa lalu, salah! Aku hanya ingin tetap merangkainya sekedar untuk berkawan karena aku sudah terbiasa menahan sakit. Aku ingin menjadi bagian dari kebahagianmu, dan kebahagianku adalah menanggung deritamu termasuk bila itu masa lalumu bersamaku. Itu saja. Selamat berbahagia, sayang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar