10/02/11

Bapak untukku

"Hargai apa yang kamu miliki saat ini, jika kamu menghargai orang lain maka mereka akan menghormati kamu" ujar bapak ketika aku tanya kenapa setiap orang yang berpapasan dengannya selalu menyapanya. Saat itu siang begitu terik, sekitar jam 2 siang. Bapak saya menunggu dengan setia --disebuah bengkel vespa-- kepulangan anak sulungnya dari sekolah, berkali-kali saya meminta bapak untuk membiarkan saya pulang sendirian tapi mungkin instingnya tak pernah menyanggupi permintaan saya itu.

Bapak saya itu sangat imajiner, super kreatif. Bapak bisa membuat suatu prakarya dan saya selalu dibuat ternganga melihatnya, tapi masalahnya saya tak pandai merawat hasil kreasi bapak buat saya itu. Saya ingat saat kecil dulu pernah dibuatkan replika kapal laut dari bahan sterofoam oleh bapak, wah buat saya itu mainan termewah, terbagus, tercanggih yang pernah saya punya. Dilengkapi dengan dinamo dan batu baterai sebagai alat penggerak sekaligus pemberatnya, kebetulan waktu itu kakek punya sebuah kolam lele jadi saya selalu memainkannya dikolam tersebut. Suatu ketika kami pindah rumah, dan sialnya kapal-kapalan itu hancur terbelah jadi dua --maklum bahannya sangat rentan-- Bapak Ibu membutuhkan waktu berhari-hari menenangkan tangisanku dan suatu hari bapak membelikanku mainan robot sebagai gantinya, tapi bagiku kapal buatan bapak itu adalah yang terbaik dibanding mainan lain buatan pabrik. Atau pernah suatu ketika Bapak menggambarkan sebuah rangkaian kereta api untuk tugas sekolahku, itu adalah gambaran terhebat yang pernah saya lihat, detailnya sangat teliti dan lagi-lagi Bapak pintar membuat saya terkagum-kagum. Waktu itu saya tak rela bila hasil gambar buatan Bapak itu dikumpulkan karena khawatir bila tak dikembalikan maka saya membuat jiplakannya untuk dikumpulkan, sedangkan hasil karya Bapak saya simpan dilemari belajar tapi lagi-lagi saya teledor. Oh iya, karya-karya bapak itu sangat banyak sekali, dulu bapak pernah juga membuat kursi pantai, ayunan dari tambang, rumah-rumahan penghias lampu, pokoknya banyak banget deh. Dan bisa dipastikan, hasil karyanya itu bukanlah barang "biasa" tapi selalu unik dan mungkin hanya ada 1 itu didunia.
------------------------------------------------------------
Perjalanan dari rumah ke tempat dimana saya dijemput itu sekitar 3km, dan bapak setiap hari saat saya pulang kerumah selalu menaiki sepeda kumbangnya itu untuk menjemput saya, iya hanya sepeda kumbang karena hanya itu kendaraan keluarga yang kami punya. Dalam perjalanan pulang tak banyak yang kami obrolkan, paling-paling hanya hal sepele seperti "mamamu tadi masak sayur sop" atau "tadi waktu bapak ke tempat X, bapak ketemu Y" atau mungkin aku selalu bertanya pada bapak tentang identitas orang yang barusan menyapanya dan seringnya jawaban bapak adalah sama: "gak tahu". Anehkan bapakku itu?! Sepanjang 3km tak terhitung berapa banyak orang yang telah menyapa perjalanan kami tapi kebanyakan dari mereka justru bapak tidak kenal, saya sering mengritik pada bapak "pak, mbok kalau gak kenal gak usah disapa" bapakpun selalu memberikan jawaban super juara "ah kalau cuma ngasih kebaikan kita kan gak rugi". Kami --mungkin lebih tepatnya aku-- selalu berat untuk memulai suatu obrolan, entahlah, tapi bukan berarti kami jauh lho. Kami itu dekat, hanya kedekatan kami tidak dicerminkan pada topik obrolan, seringnya kami sekeluarga tertawa terbahak-bahak saat aku atau adik-adikku melemparkan sebuah lelucon. Bapakku itu pahlawan buatku, saya begitu mencintainya sampai tak mampu menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkannya. Ya seperti itulah hubunganku dengan bapak. Tapi dari 4orang anak bapak, mungkin yang paling dekat adalah adik bungsuku. Seringnya sih saya selalu iri bila adik saya itu kerap menempel bapak, hahaha bukan karena iri pada sayangnya bapak tapi iri karena saya tak mampu melakukan apa yang dilakukan adik bungsu saya itu.

Dirumah, orang tua saya mengajarkan tentang demokrasi. Mereka jarang sekali melarang atau menolak pilihan anaknya kecuali dengan alasan yang sangat jelas. Mereka mengajarkan anak-anaknya untuk mengambil suatu keputusan. Dari mereka saya amat banyak belajar, hal pokok yang sampai saat ini telah terpatri pada diri saya adalah kalimat pembuka pada tulisan ini. Bahwa dengan menghormati, kebaikan kita tak akan berkurang tapi justru malah bertambah. Suatu saat saya sangat berharap saya mampu memiliki semua sisi positif dari bapak saya, sehingga anak-anak saya mampu merasakan kebahagiaan yang saya alami dari dulu sampai entah nanti saat kapan.

Tulisan ini hanya mampu menyampaikan sedikit dari kekaguman dan kecintaan saya pada bapak, selebihnya tak mampu untuk diungkapkan. Tetap sehat selalu, bapak!

anakmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar