04/02/11

Mesir dan Bhinekka Tunggal Ika

Beberapa hari ini kita disuguhi revolusi yang sedang berlangsung di Mesir, maka wajarlah bila stasiun-stasiun tv dan jurnal berita didalam negeri pun ikut terbawa arus dalam hal peliputannya. Karena selain dari segi historis --dukungan Mesir-- diawal kemerdekaan republik ini, revolusi tersebut juga mengingatkan kita pada peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia.

Saat politik dikuasai, saat kekuasaan di monopoli, saat masyarakat mulai jengah dan mengerti pada kediktatoran saat itulah terjadi pergolakan revolusi. Indonesia telah mengalaminya hampir 13 tahun yang lalu tapi saat ini Indonesia masih butuh menghargai demokrasi. Pembatasan hak, intimidasi media, tank dijalanan mungkin hanyalah sebuah cerita dari Mesir tapi kenyataannya disini disebuah Republik yang para pendirinya begitu menghargai perbedaan -- tertuang dalam asas Bhinekka Tunggal Ika -- masih sering terdapat pembatasan hak yang lebih kejam dari Mesir bahkan terdapat pengkotak-kotakan oleh media, mungkin yang membedakan antara Indonesia dan Mesir saat ini adalah kata "perang".

Di Indonesia masih banyak dan sering terjadi penyegelan bahkan pembakaran tempat ibadah, penyerangan terhadap kelompok yang berbeda, dan uniknya saat hal ini terjadi peran media hanya ada pada angka 1 dalam skala 1-10, bahwa bisa dipastikan pemberitaan pada masalah seperti ini tak lebih dari sekedar tolehan mata. Ada kelompok yang menganggap diri mereka sebagai polisi moral disini, mereka menganut paham fasis, berbeda berarti harus disingkirkan bahkan halal hukumnya darah orang-orang yang berbeda itu mereka alirkan. Dan jangan tanyakan soal aparat, penegakan hukum, dan keadilan disini. Kaum minoritas seperti kaum terbuang dan aparat, institusi dan hal terkait seperti sadar betul bahwa tak ada gunanya juga mereka membela bahkan untuk sekedar menolong kaum minoritas ini, mungkin mereka beranggapan bahwa sesalah-salahnya kaum mayoritas lebih berhak dibela daripada sebenar-benarnya kaum minoritas. Jangan tanyakan apa itu hak asasi dan kemerdekaan beragama dan berpendapat, bagi mereka kaum minoritas mungkin itu hanya penghias kaki burung garuda.

"Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan" - kutipan pembukaan UUD'45. Percayalah bahwa kekerasan tak akan menyelesaikan apa-apa, bukankah itu dasar filosofi pergaulan bangsa Indonesia sebagai bangsa timur? Semoga damai selalu menyerta kita.

NB: Tulisan ini didedikasikan untuk FPI dan komunitas-komunitas arogan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar