23/10/11

Pesan Terakhir Untuk Ibu. Berbahagialah, Bu!

Malam ini, entahlah, terasa sunyi. Bahkan teramat sunyi bila kau merasa ajalmu sudah mengintip.

Sebuah perenungan tentang kehidupan, tentang perjalanan hidup mungkin akan membuatmu pilu saat ini. Seberapa jauh kaki ini melangkah, seberapa bermakna tiap hembusan nafas, atau atau atau dan lain sebagainya.

12.513.724 menit yang telah aku gunakan hingga pukul 2.06 WIB. Saat dunia perlahan mulai berubah, saat itu pula aku harus menyesuaikan diri, tepat sampai saat ini dan takkan berhenti hingga entah kapan ajal akan menjemputku

Dan bila saat ini ajal ternyata menjemputku, orang pertama yang akan bersedih pasti Ibuku. Beliau mungkin sedih bukan hanya karena kematianku tapi mungkin juga karena ibu tak sanggup menimang cucu dariku, atau mungkin beliau bersedih karena tak sanggup melihatku seperti anak-anak kebanggaan orang lain, yang sukses, kaya, kesenangan dunia berlimpah.

Tolong katakan pada ibuku pesanku, "bukan salah ibu, anakmu saja mungkin yang tak mau berusaha dan terlalu manja untuk melepaskan diri dari kasih sayangmu. Ibu adalah wanita hebat yang bukan hanya mampu melahirkan 4 orang anak, namun juga hebat karena telah melewati pasang surut ombak kehidupan ini. Kehilangan 1 anak mungkin tak akan memudarkan kehebatan ibu"

Tolong katakan pula padanya bahwa kini mungkin anaknya adalah anak yang paling berbahagia di alam sana karena telah dan pernah dilahirkan dari rahim wanita hebat seperti ibu. Tolong katakan itu sembari dekap beliau erat-erat hingga ibu mampu mendengar degup jantungmu, hingga dia merasa tenang dari sedihnya.

Sungguh kematian itu bagian dari kehidupan, duka yang sementara, bukan awal kesedihan hanya perantara untuk menyampaikan pesan: Satu kesedihan akan melahirkan seribu kebahagiaan, dan kesedihan sejati adalah melihat dan merasakan kepergian kita menimbulkan duka yang mendalam bagi orang lain. Maka bahagialah untukku ibu, bahagialah. Aku sangat mencintaimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar