18/01/11

Surat Cinta untuk Sahabatku.

Hai kawan-kawan!


Eh sudah lama ya kita gak chating berempat lagi, bagaimana kabar kalian?

Saat kalian membaca surat ini, mungkin aku sudah menjadi aku yang baru. Yap! Bukan aku yang kemarin kalian kenal tapi mungkin aku kembali ke aku yang dulu saat awal kalian kenal. Hahaha ruwet yak?!


Aku masih ingat saat-saat itu, 1 tahun yang lalu ketika aku masih berteman akrab dengan sepi, bercanda dengan para suster dan peyeum masih jadi makanan wajibku. Saat itu seperti saat ini, hujan setiap hari dan riuhnya mereka itu selalu riang, hujan selalu bercanda bersama genting-genting yang seolah-olah sudah menanti sobat karib yang ditunggu-tunggu. Dan saat mereka bertemu, mereka kadang membuatku tersenyum tapi tak jarang membuatku begitu iri dan dengki. Seperti segerombolan anak kecil yang dipertemukan, ada saja hal yang membuatmu ingin tersenyum atau saat sepasang kekasih yang berpelukan dengan mesranya, melepaskan rindu yang sudah mereka tahan berlama-lama adakalanya kau spontan berkata "so sweet!". Iya begitulah kelakuan mereka --genting, daun, bumi, keramik halaman saat bertemu sahabatnya, hujan-- yang selalu membuatku tersenyum juga menikmati pertemanan mereka tapi sampai disitu aku jadi sadar bahwa aku sedang sendiri tanpa ada seorangpun yang bisa aku bagi tawa.


Tapi semua itu berubah semenjak aku kenal kalian --para manusia-manusia yang dianugrahi tuhan-- entahlah tapi sejak itu hujan menjadi jarang turun, memang masih hujan sih tapi intensitasnya itu jadi berkurang, mungkin mereka merasa rendah diri atas persahabatan kita yang boleh dikatakan A Trully Friendship atau mungkin juga mereka kini gantian menyimak seperti yang pernah aku lakukan pada mereka dulu sebelum mengenal kalian. Karena sekarang aku punya teman berbagi tawa, bukan hanya beberapa saat seperti yang dilakukan hujan dan kawan-kawannya tapi berjam-jam bahkan kadang-kadang diawali saat kita membuka mata dipagi hari dan diakhiri saat kantuk memisahkan kita. Setiap hari!! Iya, setiap hari!!


Kita berawal dari percakapan singkat ASL please kemudian kita mulai mengenal satu sama lain.Saat itu entah dapat bisikan apa aku dari malaikat tapi yang jelas aku tidak membutuhkan waktu lama untuk lebih menyatu dengan kalian. Dan aku yakin kalian pun merasakan apa yang aku rasakan saat itu. Segera setelah itu kita menamakan genk kita: Genk Teletubbies --hahaha entah kenapa nama itu yang muncul, sebenarnya sangat kontradiksi sekali dengan keMACHOanku--. Persahabatan kita begitu berbeda dari persahabatan-persahabatan yang pernah ada. Kita begitu bangga pada kelemahan dan kekurangan kita. Si Tinkywinky misalnya, aku rasa begitu bangga dengan status umurnya yang paling TUA diantara kita --hahaha aku tertawa saat menulis kalimat tadi--, Lala begitu bangga dengan ke-tulalit-annya pada bahasa jawa, Po identik dengan ciri remaja labil yang you know lah --hahaha-- dan aku yakin dia juga sangat bangga dengan itu. Dan aku sendiri yang kalian juluki Dipsy err...apa ya? Oh, mungkin satu-satunya kelemahan dan kekuranganku adalah aku orang terganteng di kelompok ini dan please biarkan aku menikmati kelemahanku ini --weitt!! biasa aja dong reaksinya--. Iya seperti itu kita, 4 orang sahabat yang selalu bercanda tertawa setiap hari, dipertemukan di dunia maya, di 2 negara yang berbeda dan punya 1 kesamaan: KESEPIAN. Bagi Tinkywinky dan Po mungkin persahabatan ini sebagai pelipur lara karena jauh dari keluarga mereka, bagi Lala mungkin ini salah satu caranya membunuh waktu. Tapi apa kalian tahu siapa sosok yang paling mengambil keuntungan dari persahabatan ini? Betul, siapa lagi kalau bukan orang terganteng ini, iya itu aku! Bersama kalian selain aku bisa membunuh waktu kesepianku, aku juga bisa membunuh kesakitanku. Otakku tersugesti saat bersama kalian, seperti opium yang menawarkan rasa bahagia bagi penggunanya tapi juga semacam menjadi candu, kita tak bisa hidup tanpa menggunakannya, kita tak bisa tertawa lepas saat tak bersama atau terpisah. Hahaha aneh ya kita, 4 orang yang belum pernah bertemu tapi bisa seakrab ini. Hari-hari kita selalu berbagi foto kegiatan yang sedang kita lakukan saat itu, dan kalau untuk hal semacam ini Tinkywinky-lah jagoannya. Kalian masih ingat tidak, saat itu banyak sekali yang ingin bergabung masuk kedalam genk kita tapi tak tau kenapa seolah batin kita sudah klik dengan 4 personil ini.


Dan akhirnya tibalah saat dimana sebuah cerita harus ditutup. Sebenarnya dari semua deretan kalimat yang sudah aku tulis, dititik inilah yang paling aku hindari sekaligus aku benci. Tapi cerita terpaksa harus diakhiri, sementara --aku harap-- kisahnya masih akan terus bercerita. Oke, kita mulai di paragraf-paragraf terakhir ini.


Ironis memang, tapi sepanjang yang aku tahu bahwa semua hal itu pasti ada pasang-surutnya, ingatkah dulu waktu si Po tiba-tiba ngambek dan kemudian hilang dari peredaran? ahh, kita semua jadi kehilangan keceriaan yang selalu dia berikan dan kita semua juga berusaha minta maaf --walau tak tahu salah apa-- atau saat si Tinkywinky yang harus melakukan perjalanan jauh, sialnya ditempatnya itu jarang sinyal, kita semua jadi kehilangan sesosok kakak --yang selalu kita panggil "om" itu-- melempar lelucon-lelucon (tapi lebih seringnya sih memberikan nasehat) diantara kita. Aku rindu saat-saat itu, kawan! Ya, aku selalu mengucapkan kata-kata itu --aku rindu-- saat kita bertiga bersama lagi. Tapi cuma itu yang bisa aku lakukan, mengucapkan kata rindu tanpa menawarkan solusi untuk jalan keluarnya. Kita cuma bertiga sekarang tanpa ada Lala lagi, Lala yang selalu memberikan tawa pada kita karena sering menanyakan istilah dalam bahasa jawa, Lala yang selalu bisa membuat kita begitu rindu pada kehadirannya tiap dia telat menyalakan Mig33nya. Dan Lala mungkin tak akan seperti Po yang akhirnya menghentikan ke-ngambek-kannya atau seperti Tinkywinky yang akhirnya pulang ketempatnya dan mendapatkan sinyal untuk bergabung bersama genk kita lagi. Semua karena aku, aku yang menggerogoti sebagai rayap pada persahabatan kita. Ahh, mungkin ini penyesalan terbesar sepanjang hidupku. Tak bisakah kita mengulang kembali waktu dan berhenti di saat itu saja, tak akan pernah lagi beranjak?! Selamanya selalu kita tertawa-tertawa bersama?! Bisakah?


Kalian tahu, sejak saat-saat itu aku berusaha lagi mencari sahabat seperti genk teletubbies tapi tak ada manusia-manusia se-original seperti kalian. Bolehkah aku masih mengenal kalian --para manusia yang diberkati tuhan--? Tapi maaf, kali ini kalian tidak akan aku anggap lagi sebagai sahabat. Maaf karena aku tak bisa dan tak mau lagi kehilangan harta terbesar yang aku punya. Sekarang, biarkan aku menganggap sebagai saudaraku. Iya saudaraku. Dan maksudku menuliskan surat ini sangat sederhana: Aku sungguh menyayangi kalian


dariku, Angga yang kalian kenal



~ teruntuk kawan-kawanku, saudara-saudaraku, dan manusia-manusia yang diberkati tuhan:

Eko Tri Charebeth, Sheila Dinintya Roza dan Ratih Septyan Mecca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar